Kalaulah
kita ibaratkan zina adalah sebuah ruangan dengan banyak pintu yang berlapis,
maka orang yang berpacaran adalah pemegang semua kuncinya. Kapan saja ia bisa
masuk? Tapi……?
Mungkin
antunna sekalian bertanya kenapa dipilih Judul dengan kalimat tersebut, itu
hanyalah sebuah symposium dari seseorang yang dikirim kepada penulis oleh salah
seorang sahabat melalui Facebook beberapa hari yang lalu, lengkapnya seperti
ini, “Hari gini masih jomblo, apa kata dunia?. Hari gini masih pacaran, apa
kata akhirat? “Nah, akhirnya terbetiklah dalam hati nurani seorang penulis
untuk membahas ujung dari symposium di atas.
Ada
yang bilang, “Hari gini nggak pacaran?” seolah-olah ia berkesimpulan bahwa hari
ini belum pacaran, ketinggalan zaman kali. Pacaran sudah menjadi hal biasa bagi
mereka dan bahkan ia menganggap pacaran suatu hal keharusan yang apabila nggak
dikerjakan, pelakunya akan dianggap bersalah.
Sungguh dunia telah berbalik,
norma-norma Islam telah berganti menjauhi hukum kosong dan seakan tidak bernilai
sama sekali. Hukum islam telah berubah menjadi hokum liberal dan sekuler. Sangat
jauh dengan islam sejatinya.
Sobat, apakah dengan tidak pacaran
kamu akan merugi? Masa depanmu menjadi suram? Atau nggak akan dapat istri shalihah
yang sakinah, mawadah, warahmah? Nggak juga kan?, bahkan orang yang tidak
berpacaran lebih baik kehidupannya setelah menikah, bukankah begitu kenyataannya?,
berarti sangat salah jika ada orang yang beranggapan bahwa yang nggak pacaran
masa depannya suram.
Pacaran
adalah pintu utama menuju zina seperti yang tertera dalam surat Al-Isra’ ayat
32 diatas dan merupakan pintu gerbang menuju segala kehancuran.
Rasulullah
bersabda, “sesungguhnya Allah menetapkan untuk anak adam bagiannya dari Zina,
yang pasti akan mengenainya. Zina mata adalah dengan memandang, zina lisan
adalah dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan dan berangan-angan, lalu
farji (kemaluan) yang akan membenarkan atau mendustakannya.” (Riwayat Al
Bukhari & Muslim).
Kalaulah kita ibaratkan zina adalah
sebuah ruangan yang memiliki banyak pintu yang berlapis-lapis, maka orang yang
berpacaran adalah orang yang telah memiliki semua kuncinya. Kapan saja ia bisa
masuk. Bukankah saat berpacaran ia tidak
lepas dari zina dengan bebas memandang? Bukankah dengan pacaran ia sering melembut-lembutkan
suara dihadapan pacarnya? Bukankah orang yang bepacaran senantiasa memikirkan
dan membayangkan keadaan pacarnya? Maka farjihnya pun akan segera mengikutinya. Akhirnya penyesalan
tinggalah penyesalan. Waktu tidaklah bisa dirayu untuk bisa kembali sehingga dirinya
menjadi sosok yang masih suci dan belum ternodai. Setan pun bergembira atas
keberhasilan usahanya..
Hanya satu jalan keluarnya, what’s
that?? Continue to reading….
Nikah, Number one solution
Yup, dengan menikah maka telah
menjadi solusi yang tepat. Lebih-lebih nikah dini bagi kalian yang sudah siap
untuk membina bahtera rumah tangga. Siap mengarungi samudra bersama dengan
jalur menikah. Heheh J.
Bukankah nabi kita Rasulullah bersabda,
“Wahai para pemuda, barangsiapa di
antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat
menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak
mampu, maka hendaklah ia berpuasa sebab puasa dapat menekan syahwatnya.”
(Riwayat Al-Bukhari dan Muslim).
So?? Buat yang masih pacaran
putuskan pacar kalian, lalu ajak dia ke pelaminan.. yuk nikah.. halalkan atau
tinggalkan… Hidup itu piliham J
“Dakilah
gunung karena ilmu. Turunilah jurang karena cita-cita. Tapi jangan seberangi
lautan karena cinta”. (Strafsyukanggrainij).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar