Sesulit
apapun kita memaafkan orang lain, maka tetap harus berusaha memaafkan orang
tersebut dengan setulus hati. Mengapa demikian? Karena Allah Subhanahu Wata’ala
telah memrintahkan kita agar menghilangkan kedongkolan yang ada di dalam hati
kita dan bahkan mendoakan saudara kita. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
“
Dan orang-orang yang dating sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka
berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah
beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah engkau membiarkan kedengkian dalam
hati terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha
Penyantun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Hasyr : 10).
Semestinya,
itulah yang kudu kita lakukan, tak sekedar memafkan semata, alangkah baiknya
kita juga mendo’akan kebaikan untuknya. Dan mana mungkin kita bisa mendoakannya
kalo masih ada rasa dengki dan benci dalam hati kepadanya. Maafkanlah ia
setulus hatimu.
Ukhti,
engkau pun ingin masuk surga bukan? Allah Subhanahu Wata’ala pun telah
memerintahkan kita bersegera dalam meraih ampunan dan surga-Nya. Pun itu hanya
disiapkan bagi orang-orang yang bertaqwa dengan ciri-ciri diantaranya adalah
memafkan saudarinya.
“
(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit,
orang-orang yang menahan amarahnya, dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Qs. Al-Imran : 134).
Selain menahan diri dari
melampiaskan kemarahan, maka orang-orang bertaqwa yang Allah Subhanahu Wata’ala
janjikan surga itu, mereka memaafkan orang yang berbuat aniaya alias
mendzaliminya, sehingga tiada lagi kedongkolan dalam hatinya terhadap orang
lain. Inilah akhlak yang paling sempurna sehingga Allah Subhanahu Wata’ala tutup
ayat tersebut dengan firmannya, “Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebaikan.”
Rasulullah pun telah mengabarkan
kepada kita keutamaan dari memaafkan orang yang mendzalimi kita, diantaranya
adalah,
“ Barangsiapa ingin dimuliakan
dengan bangunan untuknya di surga dan diangkat derajatnya, hendaklah ia
memaafkan orang lain yang berbuat aniaya kepadanya, memberi terhadap orang yang
kikir kepadanya, dan menyambung silaturrahmi kepada orang yang memutuskannya. ”
Lihatlah bagaimana penghuni syurga,
Allah Subhanahu Wata’ala cabut perasaan dongkol yang ada dalam hatinya sebelum
mereka memasuki syurga. Tentunya kita sebagai remaja muslim ingin memiliki
sifat seperti sifat-sifat penghuni syurga karena kita pun berharap kelak
memasukinya.
“ Dan kami cabut segala macam dendam
yang berada di dalam dada mereka.” (Al-A’raf : 43).
Jikalau begitu, masih layakkah kita
menyimpan keodngkolan dan susah memafkan orang lain? Allah Subhanahu Wata’ala
yang menciptakan kita dan Rabb semesta alam, Ia Maha Pengampun terhadap
hamba-Nya, lantas kenapa kita makhluk kecil ini masih enggan dan susah
memaafkan? Lihatlah bagaimana sikap sahabat Abu Bakar yang bersumpah bahwa dia tidak akan memberikan apa-apa kepada
kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam menyiarkan berita bohong
tentang diri Aisyah. Maka turunlah ayat yang melarang beliau melaksanakan
sumpahnya itu, menyuruh memaafkan, dan berlapang dada terhadap mereka setelah
mendapatkan hukuman atas perbuatan mereka itu.
“Dan hendaklah mereka memaafkan dan
berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. An-Nur : 22).
Hikmah dari tulisan di atas enyahkan
sikap egoism, hilangkan kedongkolan dalam hati, dan maafkanlah saudaramu ketika
ia meminta maaf tanpa menunggu moment hari raya baru bisa memaafkan. Engkau
ingin hatimu lapang dan tenang? Maafkanlah saudaramu. Engkau mengharapkan
ampunan dari Allah Subhanahu Wata’ala? Maka maafkanlah saudaramu.
Tulisan ini ditulis oleh penulis
karena beberapa hari yang lalu sempat merasakan kekecewaan yang tak berujung
dan terjatuh pada perkara sulit memaafkan kejadian tersebut. Namun setelah
memahami hakikat memaafkan maka penulis tergugah hatinya untuk menuliskan isi
hati melalui nasehat ini. Yah, memaafkan orang lain memang terkadang tak
semudah yang kita kira, bisa saja di bibir sudah memaafkan namun lain halnya
dengan hati kecil kita. Manusiawi memang, tapi ada baiknya kita memaafkannya ,
karena bisa jadi kita tidak lebih baik dari mereka. Tetaplah tersenyum untuk
menjadi pribadi yang lebih baik J
“
Memaafkan kesalahan orang lain memang tidaklah mudah dan sangat berat walapun
demikian, berilah maaf kepadanya. Bukankah kita juga sangat suka apabila orang
lain dan Allah memaafkan kesalahan kita. Ala bisa karena biasa”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar