Minggu, 05 Februari 2017

KETUKLAH PINTUNYA SEBELUM TERLAMBAT


            Semenjak menginjak usia baligh, manusia selalu diintai oleh dosa dan kesalahan. Entah dosa kecil atau besar, setiap manusia pasti pernah melakukannya. Lantas apa yang mesti dilakukan?
            Lupa dan salah termasuk tabiat yang melekat pada manusia, meski bukan berarti melegalkan atau membenarkannya. Seorang muslim yang hakiki selalu berusaha taat pada Rabbnya sekuat tenaganya. Ia melaksankan perintah Allah Subhanahu wata’ala yang artinya
            “ Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (Qs. Al Ankabut : 69)
            Sayangnya, dia bukanlah pribadi yang ma’shum yang terbebas dari dosa. Satu dua langkah kakinya dalam perjalanan menuju Allah subhanahu Wata’ala terkadang terpeleset, dan terperangkap dalam dosa. Bahkan bukan sesuatu yang mustahil ada banyak langkahnya yang terperosok dalam kubangan maksiat.
            Apabila ia terjebak pada maksiat, dunia pun terasa sempit jadinya. Saat itu ia merasa bahwa dosa-dosa laksana gunung yang tegak diatasnya dan siap menimpa dirinya. Perasaan yang demikian terus saja akan mencengkeram hati seseorang bila ia tidak ingat dengan luasnya rahmat Rabnya.
            Sempurnanya kasih sayang Allah, Dia menjadikan bagi manusia jalan keluar dari dosa-dosa yang dilakukan. Bisa jadi dengan pengampunan dosa, dihilangkan hukumannya, atau Allah menggantikan keburukan yang dilakukannya dengan kebaikan. Luar biasa luasnya rahmat-Nya.
            Manusia berbuat dosa di siang dan malam hari. Anak Adam menzalimi dirinya, meninggalkan ketaatan, bergelimang dalam larangan. Meski demikian, Allah Subhanahu Wata’ala masih membuka pintu maafNya. Dia menerima permohonan ampunan hamba-hamba-Nya yang berbuat salah di sepanjang waktu.
            “Sesungguhnya Allah membentangkan TanganNya di malam hari menerima taubat orang yang berbuat dosa di siang hari. Allah Subhanahu Wata’ala membentangkan TanganNya di siang hari menerima taubat orang yang berbuat dosa di malam hari, hingga matahari terbit dari barat.” (Riwayat Muslim)
            Sedangkan bagi setiap pribadi, pintu itu akan terbuka hingga nyawa sampai di tenggorokan.
            Bila pintu taubat masih terbuka, maka sepantasnya setiap manusia bersegera menuju ke arahnya. Sebelum pintu tersebut tertutup selamanya dan tak terbuka lagi. Karena manusia tak ada yang tahu kapan ruhnya akan dijemput oleh malaikat maut.
            Ada berbagai jalan dan sebab yang Allah berikan sebagai solusi agar maksiat yang dilakukan hamba bisa terhapuskan. Alangkah celakanya seseorang pendosa yang enggan menuju pada sebab-sebab terhapusnya dosa-dosa. Diantara sebab-sebab tersebut adalah bersegera bertobat pada Allah Ta’ala.
            “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kecuali orang yang bertobat, beriman dan beramal shalih maka mereka itu akan masuk surge dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun.” (Qs. Maryam : 59-60).
            Ingat, tobat yang bisa menggugurkan hukuman adalah tobat yang nasuha. Bukan tobat sambal atau yang sebatas di lisan belaka. Tobat ikhlas tumbuh dari dalam hati, tidak sebatas ucapan dengan lisan. Itulah tobat yang diiringi dengan sikap penyesalan terhadap maksiat yang dilakukan, tekad kuat untuk tidak kembali melakukannya serta mengikutinya dengan beramal shalih. Tidak ada perselisihan  di kalangan para ulama bahwa tobat merupakan sebab penghapus dosa. Istighfar, juga merupakan sebab lain yang bisa menggugurkan kesalahan. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
            “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah pula Allah akan mengazab mereka sedangkan mereka meminta ampun.” (Qs. Al Anfal : 33).
            Secara realitanya, istighfar bisa masuk pada makna tobat yang telah yang disebutkan di atas. Karena istighfar adalah permohonan agar dosa yang telah dilakukan seorang hamba diampuni. Jadi istighfar merupakan merupakan wujud dari penyesalan seseorang atas kesalahan yang telah dilakukannya di masa lalu. Memperbanyak istighfar layak dilakukan oleh setiap kita. Bagaimana tidak, Rasulullah saja setiap hari mengucapkannya dalam satu majelis tak kurang dari seratus kali.
            “Wahai manusia bertaubatlah kepada Allah dan minta ampunlah padaNya, karena sungguh aku bertaubat pada Allah dalam sehari seratus kali.” (Riwayat Muslim)
            Padahal beliau sudah diampuni dosa-dosanya yang berlalu dan yang akan datang. Sedangkan selainnya adalah pribadi yang banyak kesalahan dan belum mendapatkan jaminan ampunan. Melakukan berbagai amalan kebaikan juga merupakan sebab diampuninya dosa-dosa dan kesalahan seorang hamba.
            “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (Qs. Huud : 14).
            Apabila tobat dan istighfar merupakan kebiasaan dari kita, maka bersiap-siaplah menyambut datangnya kesuksesan yang hakiki.
            “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Qs. An-Nuur : 31).

           

"Hidup di dunia ini hanya sebuah persinggahan agar kita mempersiapkan bekal menuju kehidupan yang lebih kekal yaitu akhirat. Intinya, sentuh dulu hatinya dan minta kepada Allah untuk melunakkan hatinya. karena Allah lah Yang Maha membolak-balikkan hati hambya-Nya"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar