Kamis, 31 Agustus 2017

Laporan Anatomi Gandarusa Justicia gendarussa Burm.f


BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
            Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan preparat dan sediaan mikroskopis pada umumnya disebut sebagai mikroteknik. Teknik-teknik pada pembelajaran mengacu pada cara pembuatan prepat itu sendiri. Pengamatan dan penelaahan tersebut umumnya menggunakan bantuan mikroskop karena pada objek yang akan diamati berupa organ tumbuhan yaitu akar, batang, dan daun pada tumbuhan monokotil dan dikotil.
            Angiospermae atau tumbuhan biji tertutup memiliki ciri-ciri yaitu bakal biji selalu diselubungi bakal buah, memiliki organ bunga yang sesungguhnya, terdiri dari tumbuhan berkayu atau batang basah, sistem perakaran tunggang atau serabut, batang bercabang atau tidak, serta kebanyakan berdaun lebar, tunggal atau majemuk dengan komposisi yang beranekaragam, demikian juga dengan pertulangannya. Angiospermae memiliki dua subdivisio yaitu dicotyledoneae dan monocotyledoneae, mencakup sekitar 300 familia atau lebih dari 250.000 spesies. Di antara familia tersebut yang ditemukan di berbagai lokasi adalah rumputrumputan dengan jumlah 7500 spesies (Dewi, dkk, 2013).
            Tumbuhan dicotyledoneae adalah tumbuhan yang tergolong dalam kelas ini meliputi terna, semak-semak, perdu maupun pohon-pohon. Akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok (akar tunggang) yang bercabang-cabang membentuk sistem perakaran tunggang. Tumbuhan monoctyledoneae adalah tumbuh-tumbuhan yang tergolong dalam kelas ini kebanyakan berupa pohon-pohon, batangnya berkayu, dan bunga berkelamin tunggal (Tjitrosoepomo, 2013).            Hal ini yang melatarbelakangi dilakukan percobaan ini.

I.2 Tujuan Percobaan

            Tujuan dari dilakukannya percobaan ini, yaitu:
1.     Mengetahui perbedaan anatomi akar tumbuhan dikotil berdasarkan preparat melintang yang diamati.
2.     Mengetahui perbedaan anatomi batang tumbuhan dikotil berdasarkan preparat melintang yang diamati.
3.     Mengetahui perbedaan anatomi daun tumbuhan dikotil berdasarkan preparat melintang yang diamati.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
            Percobaan untuk pembuatan preparat melintang akar dilaksanakan pada hari Jum’at, 17 Maret 2017. Percobaan untuk pembuatan preparat melintang batang dilaksanakan pada hari Jum’at. 31 Maret 2017. Percobaan untuk pembuatan preparat melintang daun dilaksanakan pada hari Jum’at, 7 April 2017, pukul 14.00-17.30 WITA. Bertempat di Laboratorium Botani, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            Angiospermae atau tumbuhan biji tertutup memiliki ciri-ciri yaitu bakal biji selalu diselubungi bakal buah, memiliki organ bunga yang sesungguhnya, terdiri dari tumbuhan berkayu atau batang basah, sistem perakaran tunggang atau serabut, batang bercabang atau tidak, serta kebanyakan berdaun lebar, tunggal atau majemuk dengan komposisi yang beranekaragam, demikian juga dengan pertulangannya. Angiospermae memiliki dua subdivisio yaitu dicotyledoneae dan monocotyledoneae, mencakup sekitar 300 familia atau lebih dari 250.000 spesies. Di antara familia tersebut yang ditemukan di berbagai lokasi adalah             rumput- rumputan dengan jumlah 7500 spesies (Dewi, dkk, 2013).
            Akar merupakan bagian organ tumbuhan yang terdapat di dalam tanah. Akar tumbuh dan berkembang di bawah permukaan tanah. Bentuk dan ukuran sangat bervariasi, disesuaikan dengan fungsinya masing-masing. Berdasarkan asalnya, akar dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu akar primer dan akar adventif. Akar primer adalah adalah akar yang berasal dari calon akar (radikula) pada embrio. Akar primer akan membentuk akar tunggang yang mampu mengadakan pertumbuhan sekunder dengan percabangannya, sedang akar adventif tidak mengadakan pertumbuhan sekunder (Ningsih, 2015).
            Jaringan penyusun akar adalah epidermis merupakan lapisan terluar, korteks dan silinder pusat. Jaringan penyusun akar tumbuhan yang mengadakan pertumbuhan sekunder berbeda dengan akar yang tidak mengadakan pertumbuhan sekunder. Akar yang mengadakan pertumbuhan sekunder karena aktifitas kambium, menyebabkan terbentuknya jaringan-jaringan sekunder sehingga terjadi perubahan struktur di bagian stele (Ningsih, 2015).
            Epidermis merupakan lapisan terluar akar, sel-selnya tersusun rapat tanpa ruang antar sel. Pada kebanyakn akar, epidermis berbanding tipis. Rambut-rambut akar berkembang dan sel-sel epidermis yang khusus, dan sel tersebut mempunyai ukuran yang berbeda dengan sel epidermis, dinamakan trikoblas. Trikblas sendiri berasal dari pembelahan protoderm. Epidermis akar yang berfungsi untuk penyerapan serta bulu-bulu akar mempunyai kutikula yang tipis (Ningsih, 2015).
            Dinding sel epidermis beragam bentuk pada tumbuhan yang berbeda dan ditemmukan dibagian yang berlainan pada tumbuhan yang sama. Pada biji, sisik, dan beberapa macam daun seperti daun Coniferae, dinding sel epidermis amat tebal serta berlignin. Sebagian besar eipidermis terdiri dari sel yang boleh dikatakan tak terspesialisasi. Sel epidermis memiliki protoplas hidup dan dapat menyimpan berbagi hasil metabolisme. Sel mengandung plastid yang memiliki grana sedikit saja sehingga tidak membentuk klorofil. Dalam plastid ditemukan pati dan protein, sedangkan dalam vakuola ditemukan asntosianin (Pranita, 2010).
 

















Gambar 1. Jaringan epidermis akar
Sumber : modul botani farmasi, 20115
            Bagian akar yang berbatasan dengan batang disebut leher akar. Struktur anatomi leher akar rumit untuk setap jenis tumbuhan berbeda-beda. Epidermis, korteks, endodermis, pesikel, dan jatingan pengangkut sekunder merupakan jaringan yang berhubungan langsung dengan jaringan yang sama pada batang. Namun jaringan pengangkut primer akan mengalami perubahan di leher akar. Perubahannya adalah pada xilem mengalami perputaran, pergeseran berkasnya, baik secara perlahan-lahan maupun secara mendadak. Leher akar mempunyai diameter yang lebih besar dari pada akar atau batang akibat adanya pembelahan, perputaran, dan penggabungan xilem dan floem (Ningsih, 2015).

Gambar 2. Tiga macam tipe perubahan struktur berkas pengangkut dan akar ke batang
Sumber : Modul botani farmasi, 2015

     Ada tiga tipe perubahan struktur dan akar ke batang (Ningsih, 2015), yaitu:
1.         Tipe I, berkas xilem berputar dan bergabung tanpa perputaran.
2.         Tipe 2. Berkas xilem berputar, berkas floem terbelah dan bergeser untuk bergabung lagi di sisi lain.
3.         Tipe 3. Berkas xilem terbelah, kemudian berputar dan belahan itu bergabung dengan belahan dan berkas lain, membentuk berkas baru, berkas floem tidak mengalami perubahan.
            Pada kebanyakan akar korteks terdiri atas sel-sel korteks yang mengalami diferensiasi bertambah, sebelum terjadi vakuolisasi dalam sel tersebut. Pada beberapa akar beberapa tumbuhan air, sel-sel korteks tersusun teratur. Sel-sel korteks sering mengandung tepung, kadang-kadang Kristal. Dibawah epidermis sering terdapat selapis atau dua lapis sel berdinding tebal disebut hipodermis atau eksodermis. Lapisan terdalam dari korteks akar terdiferensiasi menjadi endodermis. Pada sel endodermis yang muda dijumpai adanya penebalan dinding suberin yang berbentuk pita, mengelilingi dinding sel, disebut pita capsary (Ningsih, 2015).

Gambar 3. Irisan melintang akar muda
Sumber : Modul botani farmasi, 2015

            Stele, bagian ini dipisahkan dari korteks oleh endodermis. Lapisan terluar yang berbatasan dengan korteks adalah perisikel. Perisikel berfungsi untuk menghasilkan primordial akar lateral, dan sebagian dan kambium pembuluh (yang menghasilkan floem dan xilem sekunder). Sel-sel perisikel seperti halnya meristem apikal, bersifat diploid. Perisikel kadang-kadang terdiri lebih dari satu lapis sel, berdinding tebal. Xilem pada akar tedapat dibagian luar atau mengumpul di bagian tengah, membentuk bangunan seperti bintang pada irisan melintang, jika xilem terdapat di bagian luar maka bagian tengah terdapat empulur           (Ningsih, 2015).
            Pada pertumbuhan primer struktur akar dikotil mempunyai persamaan dengan akar monokotil. Tumbuhan dikotil yang berbentuk perdu tidak mengalami pertumbuhan menebal sekunder. Pertumbuhan sekunder pada akar disebabkan oleh aktifitas kambium pembuluh (vaskuler). Kambium pembuluh berasal dari sel-sel parenkim yang berada disebelah dalam berkas floem. Kambium terbentuk, sel-sel perisikel juga mengalami pembelahan. Kedua kelompok sel ini kemudian membentuk kambium yang lengkap. Perisikel juga berperan dalam pembentukan jaringan gabus setalah kambium gabus primer selesai membentang           (Ningsih, 2015).
Gambar 4. Struktur anatomi akar dikotil
Sumber : Modul botani farmasi, 2015

            Pada waktu perkecambahan, radikula terus tumbuh menjadi akar primer, dan akar primer ini terus tumbuh dan bercabang-cabang. Fungsi utamanya adalah untuk menyimpan makanan. Sistem akar ini terdapat pada tumbuhan biji belah (Dicotyledoneae) dan tumbuhan biji telanjang (Gymnospermae). Sistem akar tunggang hanya ditemukan pada tanaman yang berkembang biak secara generatif (melalui biji) (Ningsih, 2015).
            Selama perkembangannya, ukuran sel-sel korteks yang mengalami diferensiasi bertambah, sebelum terjadi vakuolisasi dalam sel tersebut. Pada beberapa akar tumbuhan air, sel-sel korteks tersusun teratur. Sel-sel korteks sering mengandung tepung, kadang-kadang kristal (Ningsih, 2015).
Gambar 5. Akar dikotil
Sumber : Modul botani dan farmasi, 2015
            Pada batang dikotil muda terdapat tiga daerah yaitu epidermis, korteks, dan stele. Epidermis terdiri dari selapis sel dan merupakan bagian terluar batang. Pada epidermis terdapat stomata dan beragam tipe trikoma. Dinding luar menebal dan mengalami kutinisasi. Sel-sel epidermis rapat dan tidak memiliki ruang antara sel. Epidermis berperan dalam mencegah transpirasi dan melindungi jaringan dari kerusakan mekanis dan penyakit (Nurlailah, 2010).
            Daerah di sebelah dalam epidermis adalah korteks, dan pada bagian dalam korteks dibatsi oleh perisikel. Korteks dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah kolenkim dan daerah parenkim. Kolenkim menempati posisi di bawah epidermis, dan parenkim di sebalah dalam kolenkim. Stele terdiri atas perisikel, berkas vaskuler dan empulur. Berkas vaskuler tersusun melingkar. Masing-masing berkas terdiri atas xilem, kambium, dan floem. Pada bagian tengah batang dikotil tersusun atas jaringan parenkim yang memiliki ruang antar sel dan disebut empulur (Nurlailah, 2010).





Gambar 6. Batang dikotil
Sumber : bahan ajar biologi, 2010
            Daun dikotil ditutupi kedua permukaannya masing-masing oleh selapis epidermis. Dinding luar epidermis biasanya tebal dan dilapisi substansi berlilin yang disebut kutin. Permukaan luar epidermis seringkali dilapisi kutikula yang menyebabkan air tidak dapat melewati epidermis dan transpirasi bisa berkurang, hanya sejumlah kecil air yang menguap melalui transpirasi. Epidermis juga mencegah masuknya patogen ke bagian dalam daun. Fungsi lain dari epidermis adalah melindungi jaringan internal yang lunak dari kerusakan mekanis. Pada daun tertentu pada daun xerofit, sel-sel epidermal memanjang secara radial dan mengalami lignifikasi (Amprasto, 1996).
            Pada lapisan epidermal terdapat stomata. Stomata paling banyak ditemukan pada permukaan bawah daun dorsiventral. Stomata sedikit atau jarang pada permukaan atas dan bahkan tidak ada sama sekali. Pada daun yang terapung, stomata terdapat pada permukaan atas. Pada daun yang tenggelam, tidak ada stomata (Amprasto, 1996).
            Stomata dikelilingi dua sel penutup. Sel-sel penutup merupaka sel hidup dan mengandung kloroplas. Sel penutup ini yang mengatur membuka menutupnya stoma. Letak stomata tersebar pada permukaan daun (Amprasto, 1996).
Gambar 7. Daun dikotil
Sumber : bahan ajar 1996
            Tanaman gandarusa berupa perdu yang tumbuh tegak dengan tinggi 0,8-2 meter. Batangnya berbentuk segi empat tumpul atau cukup bulat, berkayu, bercabang, beruas, berwarna coklat kehitaman, dan mengkilap. Daunnya berwarna hijau tua terletak saling berhadapan, berupa daun tunggal yang berbentuk lanset dengan panjang 5-20 cm, dan lebar 1-3,5 cm. Tepi daun agak menggulung keluar dengan ujung daun meruncing. Bunganya majemuk tersusun dalam rangkaian berupa malai atau bulir yang menguncup, berambut, menyebar, dan keluar pada dari ketiak daun atau ujung percabangan (Pernawati, 2008).
            Mahkota bunga berbentuk tabung, berbibir dua, dan berwarna putih. Buahnya berbentuk bulat panjang, berbiji empat, dan licin. Perbanyakan tanaman dilakukan dengan stek batang (Pernawati, 2008).
            Tanaman ini mempunyai beberapa nama ilmiah yaitu besi-besi (Aceh), gandarusa, tetean, trus (Jawa), handarusa (Sunda), ghandharusa (Madura), gandarisa (Bima), dan puli (Ternate). Di negara lain disebut sebagai gandarusa, termenggong melela, urat sugi (Malaysia), bog u (China), kapanitolut (Filipina), chiang phraa mon (Thailand) (Pernawati, 2008).
Klasifikasi
Regnum           : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Sub Divisio     : Angiospermae
Classis             : Dicotyledoneae
Ordo                : Euphorbiales
Familia            : Euphorbiaceae
Genus              : Justicia
Species            : Justicia gendarussa Burm.   
Sumber            : Tjitrosoepomo, G, taksonomi tumbuhan. 2013
`           Tanaman ini tersebar di daerah tropis misalnya di Pakistan, India, Sri Langka, Indo-China, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Di Indonesia dapat ditemukan di Jawa, Ambon, dan Ternate yang tumbuh baik pada ketinggian 1-500 m dari permukaan laut.  Tanaman gandarusa berupa berupa semak yang ditanam sebagai pagar hidup atau tumbuh liar di hutan, tanggul sungai atau dipelihara sebagai tanaman obat (Pernawati, 2008).
            Bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan akar baik yang segar atau yang telah dikeringkan. Daunnya berkhasiat untuk mengatasi rematik sendi, nyeri pinggang (encok), memar, keseleo, gangguan haid, demam, peluruh dahak, peluruh keringat, pencahar, nyeri lambung, batuk, dan asma. Akarnya dimanfaatkan untuk mengurangi rasa sakit, peluruh air seni, peluruh air keringat, pencahar, penyakit kuning, radang sendi, demam, dan diare (Pernawati, 2008).
           
           






Gambar 8. Tanaman Gandarusa
Sumber : Google.com

            Tanaman gandarusa mengandung senyawa alkaloid, alkaloid merupakan golongan steroid yang merupakan hormon seks yang berfungsi mengatur fungsi-fungsi organ reproduksi. Saponin merupakan senyawa glikosida triterpen dan sterol. Ikatan sterol dalam senyawa saponin merupakan ikatan steroid yang terdapat dalam hormon steroid, termasuk dalam kelompok steroid yang mempunyai sifat penghambat spermatogenesis (Rusmiatik, 2013).
            Golongan steroid merupakan precursor hormon estrogen yang salah satu kerjanya pada otot polos uterus, yaitu merangsang kontraksi uterus. Estrogen dapat menurunkan sekresi FSH pada keadaan tertentu akan menghambat LH (reaksi umpan balik) sehingga dapat mempengaruhi populasi (Rusmiati, 2013).
            Flavonoid merupakan substansi poliphenolik yang terdapat dalam sebagian besar tanaman. Kombinasi multiple grup hidroksil, gula, oksigen, dan grup metal membentuk beberapa kelas dari flavonoid yaitu flavonols, flavones, dan flavan. Isoflavon merupakan flavonoid yang bertindak sebagai fitoestrogen yang banyak berguna bagi kesehatan. Flavonoida dan isoflavonoida adalah salah satu golongan senyawa metabolit sekunder yang banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan (Rusmiatik, 2013).
          Senyawa isoflavon terdistribusi secara luas pada bagian-bagian tanaman, baik pada akar, batang, daun, maupun buah, sehingga  senyawa ini secara tidak disadari juga terdapat dalam menu makanan sehari-hari. Bahkan, karena sedemikian luas distribusinya dalam tanaman maka dikatakan bahwa hampir tidak normal apabila suatu menu makanan tanpa mengandung senyawa flavonoid. Hal tersebut menunjukkan bahwa senyawa flavon tidak membahayakan bagi tubuh dan bahkan sebaliknya dapat memberikan manfaat pada kesehatan        (Rusmiatik, 2013).













BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
            Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu, pinset, toples, silet, jarum besi, objek gelas, kaca preparat, mikroskop, pensil, dan handphone.

III.2 Bahan

            Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu, akar, batang, dan daun gandarusa Justicia gendarussa Burm., empulur ubi kayu Mannihot utilissima, aquades, kuteks bening, gliserin, selotip bening, dan label.

III.3 Cara Kerja
            Cara kerja dari percobaan ini yaitu:
1.     Alat dan bahan disiapkan.
2.     Akar, batang tumbuhan Gandarusa Justicia gendarussa melintang dan daun gandarusa diiris melintang dan membujur tumbuhan dengan silet setipis mungkin dengan bantuan empulur dari batang ubi kayu.
3.     Hasil irisan pada objeck glass, diteteskan air secukupnya, lalu ditutup dengan deck glass.
4.     Diamati preparat di bawah mikroskop dengan mengatur cahaya, titik fokus, dan perbesaran sehingga mendapatkan gambaran anatomis dari organ tumbuhan.
5.     Kuteks bening dioleskan di sekitar deck glass untuk mencegah adanya kontak dari luar dan agar preparat awet dan melekat.
6.      Pada preparat diberikan label dan disimpan ditempat yang baik dan aman.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Akar Dikotil
    
 








Keterangan :
1.     Empulur
2.     Endodermis
3.     Floem
4.     Xilem
5.     Lapisan berambut





IV.1.2 Batang Dikotil
   1
 

3
 
  2
 

4
 
 









Keterangan :
1.         Floem
2.         Xilem
3.         Epidermis
4.        
3
 
Empulur (korteks)
IV.1.3 Daun Dikotil melintang


 






Keterangan :
1.         Epidermis atas
2.         Epidermis bawah
3.         Xilem
4.         Floem
5.         Stoma

IV.2 Pembahasan

IV.2.1 Akar Dikotil
            Pada pengamatan akar yang telah dilakukan terlihat bahwa akar gandarusa Justicia gendarrussa atau akar dikotil memiliki dua fase pertumbuhan. Pada pertumbuhan sekunder akar dikotil memiliki kambium vaskular dan kambium gabus, yang berasal dari sel-sel perisikel dan jaringan penghubung, dan akar dikotil memiliki empulur  yang sangat kecil.
IV.2.2 Batang dikotil
            Pada pengamatan preparat melintang batang, maka dapat dilihat bahwa batang dikotil terdiri atas epidermis, korteks, empulur, berkas pembuluh, xilem primer dan sekunder, floem primer dan sekunder dan kambium. Selanjutnya berkas pengangkutan (xilem dan floem) letaknya tersusun dalam lingkaran. 
IV.2.3 Daun dikotil
            Pada pengamatan preparat melintang daun dapat dilihat bahwa sistem jaringan dasar pada tumbuhan dikotil dapat dibedakan atas jaringan pagar dan bunga karang, Selain itu, pada tumbuhan dikotil, mesofilnya tersusun rapat, rapi tanpa adanya sel buliformis, dan susunan mesofil lebih teratur.

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh :
1.         Pada akar dikotil, terbentuk kambium, serta korteks dan stele terdapat sekat pemisah.
2.         Pada batang dikotil berkas pembuluh tersusun secara teratur, diantara xylem dan floemnya terdapat kambium dan terdapat pemisah anatara korteks dan stele berupa endodermis.
3.         Pada daun dikotil, sel epidermisnya memiliki variasi berupa litosit yang sistolit. Adapun tipe stomatanya diasit.

V.2 Saran
            Sebaiknya sebelum membuat preparat terlebih dahulu dijelaskan secara detail perbedaan tumbuhan monokotil dan dikotil secara anatomi, agar praktikan dapat mendapatkan preparat yang jelas dan benar.






 
           
DAFTAR PUSTAKA
Amprasto, 1996, Bahan Kuliah FMIPA, Jurusan Biologi, UIN, Alauddin.

Dewi, R.C., Taib, N.E., 2013, Angiospermae Species Diversity In Biological Garden Seungko, Jurnal Bioma, Vol.2 (1).
                       
Ningsih, Yulia Indah, 2015, Anatomi dan Morfologi Akar,  Universitas Jember, Jember.

Nurlailah, 2010, Bahan Ajar Biologi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Permawati, Munif, 2008, Karakterisasi ekstraksi, FMIPA, Universitas Indonesia, Jakarta.

Pranita, R, Fitri, R.Y., Tri, A, Juwilda, dan Zeba, F.E., 2010. Epidermis Pada Tumbuhan, Univeristas Sriwijaya, Jawa.

Rusmiatik,  2013, Pemberian Ekstrak Daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm.) Menghambat Proses Penuaan Ovarium pada Marmut, Tesis.

Tjitrosoepomo, Gembong, 2013, Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
























LAPORAN PRAKTIKUM                                    
MIKROTEKNIK TUMBUHAN

PERCOBAAN IV
PREPARAT AKAR, BATANG, DAUN, DAN STOMATA TUMBUHAN DIKOTIL

NAMA                                       : ST. RAFIKA S.ANGGRAINI J
NIM                                            : H411 15 005
KELOMPOK                            : I (SATU)
HARI/TGL. PERCOBAAN    : JUM’AT/17 MARET 2017
logo baru unhasASISTEN                                   :  SARTIKA SARI                                 

















LABORATORIUM BOTANI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017